KEMULIAAN HAKIKI
Oleh : H. M. Shoffar Mawardi
Semoga Allah yang Maha Mulia menyelamatkan kita dari tipu daya kehormatan semu duniawi dan melimpahkan kemuliaan hakiki kepada kita.Kehormatan atau kemuliaan hakiki adalah kemuliaan yang sebenarnya. Bukan kemuliaan yang semu dan sementara. Kemuliaan hakiki bersifat abadi dan tidak akan sirna. Orang yang mulia hakiki maka ia akan mulia di dunia dan mulia pula di akhirat.
Orang yang mulia atau terhormat secara hakiki terkadang sulit dicari sebab-sebab kemuliannya. Bisa jadi ia bukan orang yang kaya harta benda, banyak gelar, tinggi jabatan atau cantik rupa. Orang yang terhormat secara hakiki kehormatannya tidak diperoleh karena suatu sebab. Ia terhormat karena kedekatannya dengan “Musabbib” Dzat Yang Menciptakan sebab, yaitu Allah SWT. Imam Ibnu Atha’illah menyatakan :”Jika kamu menghendaki kemuliaan yang tidak akan sirna, maka janganlah kamu membangun kemuliaan dengan kemuliaan yang pasti akan sirna”. Yang tidak akan pernah sirna hanyalah Allah SWT.Oleh karena itu setiap hamba yang ingin meraih kemuliaan hakiki hendaknya menjadikan hartanya, gelarnya, jabatannya, kekuatannya, keindahan fisiknya, aktifitasnya dan semua nikmat pemberian Allah yang ada pada dirinya untuk lebih mengenal, mendekat dan meraih “Mahabbatulloh” atau cinta Allah SWT.
Cinta Allah adalah Kunci Kemuliaan Hakiki
Untuk mendapatkan “Kemuliaan Hakiki” kuncinya adalah “ Mahabbatullah”. Cinta Allah kepada seorang hamba. Hamba yang dicintai oleh Allah, maka ia akan dilimpahi kemuliaan oleh Allah. Allah adalah pemilik kemuliaan yang hakiki. Allah SWT berfirman : “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka milik Allah-lah kemuliaan itu seluruhnya” (QS.35. Faatir :10). “Engkau mulikan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki” (QS.3. Ali ‘Imran : 26).Orang yang dikaruniai kemuliaan oleh Allah maka ia akan mulia di bumi dan di langit. Mulia di dunia dan di akhirat. Mulia di tengah-tengah manusia dan malaikat. Mulia hakiki dan abadi.Di dalam salah satu hadits shohih, diriwayatkan Rosulullah SAW bersabda : “Ketika Allah telah mencintai seorang hamba, maka Allah menyeru kepada Malaikat Jibril : “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia !”. Maka Malaikat Jibril mencintai hamba itu. Kemudian Malaikat Jibril menyeru di langit : “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia !”. Maka penghuni langit mencintai hamba itu. Kemudian diletakkanlah keadaan diterimanya hamba tersebut di bumi. Maka penghuni bumi mencintainya”. Orang yang telah dicintai oleh Allah SWT, maka Allah akan taqdirkan ia diterima kehadirannya oleh kebanyakan manusia di bumi ini. Demikian pula malaikat di langit. Ia akan menjadi hamba Allah yang dicintai oleh orang-orang yang mengenalnya. Kehadirannya ditunggu. Ketiadaannya membangkitkan rasa rindu Dan bersamanya menumbuhkan cinta. Orang yang dicintai maka akan dimuliakan oleh orang-orang yang mencintainya. Sikap memuliakan yang tulus dan ikhlas. Yang tumbuh dari rasa cinta yang ada di kedalaman lubuk qolbu dan hati nurani. Untuk meraih cinta Allah ini, jalan yang dapat ditempuh diantaranya : Cinta dan Taat Kepada Allah SWT.Untuk meraih cinta Allah kuncinya adalah kita terlebih dahulu mencintai Allah SWT di atas segalanya. Cinta yang diwujudkan dengan merealisasikan keimanan yang benar kepada Allah, yang menggerakkan semangat taat dan takwa kepada-Nya. Iman yang mensucikan diri kita dari segala yang mengotorinya. Allah cinta kepada hamba yang senantiasa menjaga kesuciannya. Allah mencintai hamba yang bertakwa, yang bersegera dalam menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, memperbanyak dzikir kepada-Nya dan mengerahkan seluruh daya upaya untuk berbuat kebaikan dan kemanfaatan di jalan-Nya. Allah juga cinta kepada hamba yang segera bertaubat dari segala dosa, salah dan khilafnya. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa” (QS.9.At-Taubah:4). “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri”(QS.2.Al-Baqoroh:222).”Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (QS.2. Al-Baqoroh:195). Diantara buah cinta adalah semangat dan kerelaan melakukan apapun yang disukai oleh yang dicintainya. Hamba-hamba yang cinta kepada Allah, maka apapun yang Allah sukai dan perintahkan ia akan laksanakan dengan penuh semangat dan kerelaan. Bahkan berkorban harta benda, waktu, tenaga dan apapun saja yang ada pada dirinya bahkan jiwa dan raganya, akan ia lakukan demi keridhoan-Nya. Orang-orang seperti ini, pastaslah kiranya jika ia yang dikehendaki untuk dikaruniai kemuliaan. Allah SWT berfirman : “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS.3.Ali ‘Imran : 26) Cinta dan Taat kepada Rosulullah SAW Kunci yang lain untuk meraih cinta Allah adalah mencintai hamba-hamba yang dicintai oleh Allah SWT. Manusia di muka bumi yang paling dicintai oleh Allah adalah Rosulullah Muhammad SAW. Oleh karenanya mencintai dan mentaati ajaran-ajaran Rosulullah adalah jalan yang sangat tepat untuk meraih cinta Allah SWT. Allah memerintahkan kepada Rosulullah SAW untuk menyampaikan pesan kepada kita : “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu." (QS.3.Ali ‘Imran : 31).Realita membuktikan betapa banyak manusia yang terangkat kemuliannya dan terkenal, menjadi buah bibir di mana-mana di dunia bahkan Insya Allah di akhirat, barokah dari cintanya kepada Allah dan Rosulullah. Para sahabat Nabi SAW, Tabi’in, Ulama, Fuqoha, Hukama, Auliya’ serta para Da’ dan Muballigh adalah bukti nyata manusia-manusia biasa yang terangkat kemuliaannya karena hati nuraninya cinta kepada Allah dan Rosulullah, lisannya menyebut-nyebut nama Allah dan Rosulullah, serta amal perbuatan dan perjuangannya meneladani Rosulullah yaitu menegakkan Syari’at Allah di muka bumi ini.
Tawadhu
Rosulullah SAW bersabda :”Barangsiapa yang bersikap tawadhu karena Allah maka Allah akan angkat kemuliaanya. Dan baransiapa yang takabbur maka Allah akan menjatuhkannya”. Allah cinta kepada orang yang tawadhu atau rendah hati dan benci kepada orang yang sombong. Orang yang tawadhu adalah orang yang menempatkan diri dan perilakunya sesuai dengan kedudukannya. Kepa Allah ia menyembah dan mengabdi, kepada guru dan orang tua ia berbakti, kepada yang lebih dewasa ia menghormati, kepada sesama ia menghargai dan kepada yang lebih muda ia menyayangi. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (QS.16. An-Nahl : 23). Pantangan bagi orang yang ingin mulia hakiki adalah sikap takabur. Rosulullah SAW bersabda :”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat atom dari kibr. “Al-Kibru” adalah kesombongan yang masih tersembunyi di dalam hati. Jika sudah nampak dalam perilaku, maka disebut “Takabur”. Jika kibr membuat seorang manusia tidak akan masuk ke dalam surga, maka kibr juga akan menutup jalan kemuliaan hakiki seorang manusia, karena surga adalah tempatnya orang-orang yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Ilmu Manfaat
Allah SWT berfirman : “Niscaya Allah akan meninngikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat”(QS.58 Al-Mujaadilah:11). Ilmu yang dituntut untuk dimanfaatkan sebagai pedoman dalam beramal ibadah dan beraktifitas akan mengantarkan hamba kepada cinta Allah. Dengan ilmu manusia dapat melakukan amal ibadah dan menebar kemanfaatan serta kebajikan tanpa khawatir akan kehabisan bekal. Karena ilmu jika diamalkan tidak akan berkurang, bahkan semakin bertambah. Rosulullah SAW bersabda :”Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mengajarkan kepadanya ilmu-ilmu yang belum diketahuinya”. Jauhi Perbuatan ZalimAllah SWT berfirman : “Dan balasan suatu keburukan adalah keburukan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS.42. Asy-Syuura:40). “Zalim” artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempat yang sebenarnya. Menyembah dan mengabdi kepada selain Allah, mengikuti teladan kepada selain Rosulullah dan pengikutnya, menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin, membela yang batil, memusuhi yang haq dan membodohi orang yang bodoh adalah bagian dari perbuatan-perbuatan zalim.Kezaliman adalah perbuatan yang Allah haramkan pada Allah sendiri dan diharamkan pula dilakukan oleh manusia. Kezaliman atau perbuatan aniaya akan membangkitkan kebencian, dan kebencian akan mendorong sikap penghinaan serta penistaan.Oleh karenanya orang yang ingin meraih cinta Allah serta sesame, dan ingin meraih kemuliaan yang hakiki, selain mesti memperbanyak amal ibadah dan menebar kemanfaatan, ia juga harus menjauhkan diri dari segala perbuatan aniaya, serta menggantinya dengan sikap “Adil” dan “Ihsan”. Allah SWT berfirman :”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS.16.An-Nahl: 90). Wallahu A’lam Bisshowaab HIKMAH BENCANA ALAM AsSalamu’alaikum wr. wb. Ustadz, di negeri kita akhir-akhir ini sering terjadi berbagai musibah dan bencana. Ada tsunami, banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi dan sebagainya. Hal ini menimbulkan berbagai komentar dan pendapat. Bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini. Jazakumullah. WasSalaikumussalam Wr.Wb. Ikhwan FiddiinJakarta Wa’alaikummusSalam Wr.Wb. Pertama yang harus diyakini adalah, bahwa setiap bencana yang menimpa itu hanya dapat terjadi karena pengetahuan, kehendak dan kuasa Allah SWT. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS.57. Al-Hadiid : 22). Siapapun, baik manusia, jin maupun iblis tidak akan mampu membuat atau menimpakan bencana tanpa izin Allah.Kedua, bencana yang menimpa itu adalah “Ujian” bagi hamba-hamba Allah yang beriman, taat dan bertakwa, agar ia teruji kesabaran serta keridhoannya, dan layak untuk diberi pahala serta diangkat derajat kemuliaannya. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS.39.Az-Zumar:10). Bagi manusia yang beriman namun lalai dari kewajiban ibadahnya serta terjerumus kepada perbuatanmmaksiat dan dosa maka bencana adalah “Peringatan & Teguran Keras” agar segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. “Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada jalan yang benar)” (QS.7.Al-A’raf :168). Bagi orang-orang kafir, munafik, fasik dan durjana, maka bencana adalah bagian dari “Azab atau Siksa” atas dosa-dosa dan kemungkaran-kemunkarannya. “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat” (QS.2.Al-Baqarah :6-7).Oleh karena itu setiap musibah yang terjadi sekecil apapun hendaknya mengingatkan kita untuk “Istighfar, Taubat, Muhasabah & Do’a”, memperbaiki kualitas amal dan ibadah serta lebih menyempurnakan profesionalisme kerja dan usaha kita. Wallahu A’lam.