Layakkah Kita Dicintai ?
Layak dicintai adalah lambang keber-artian. Sebab cinta tidak dipersembahkan untuk padang jiwa yang hampa. Tidak juga untuk karya-karya tidak bermakna. Hanya bila kita berguna, maka kita layak dicintai.
Kelayakan dicintai adalah definisi sebuah kapasitas diri. Kapasitas yang diukur sejauh mana kita memiliki harga. Dalam wujud amal nyata dan peran-peran yang berbukti. Bukan status, apalagi sekedar hiasan performa dan gincu-gincu kepalsuan.
Kelayakan dicintai, berpulang pada banyak sebab. Ada dedikasi disana. Sebab kelayakan itu tak datang percuma. Tanpa harga dan tanpa biaya. Tidak. Kelayakan itu adalah buah persembahan yang berpeluh dan berjibaku.
Kita memang harus selalu bertanya tentang kelayakan untuk dicintai. Sebab cinta bukan menuntut tapi mematut diri. Jika kita patut, maka orang-orang dengan sendirinya akan mencintai kita dengan tulus. Tapi jika kita sudah mematut tidak jua orang datang. Kita tak perlu gusar! Yang penting adalah terus mencintai. Karena cinta, sejujurnya adalah ketulusan untuk selalu memberi!
Seperti sunnatullah pada segala hal, cinta punya tabiat keseimbangannya. Antara mencintai dan kelayakan dicintai. Keduanya adalah capaian dan derajat hidup yang tak datang dengan cuma-cuma. Ada kerja dan persembahan besar dibaliknya. Orang-orang besar mengerti benar, betapa mencintai dan dicintai adalah karya-karya jiwa yang melelahkan!
Anis Matta